Batik Kita Made In Indonesia #SmescoNV

Berbatik bersama Bapak Anies Baswedan 2008 (Dokpri)
Kita bersyukur, batik Indonesia sudah diakui dunia. 2 Oktober 2009, United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) telah menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Karena itu kita mengenal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional.

Menurut UNESCO, dimasukannya Batik Indonesia ke dalam yang mereka sebut Representative List karena memang telah memenuhi kriteria seperti kriteria kaya dengan simbol-simbol dan filosofi kehidupan rakyat Indonesia juga memberi kontribusi bagi terpeliharanya warisan budaya takbenda pada saat ini dan di masa mendatang. Tentu sebagai putera bangsa, saya pribadi jelas bangga, jika batik Indonesia diakui sebagai warisan budaya dunia.

Yang namanya warisan itu kan harta, pasti selalu diperebutkan. Percaya nggak kalau batik kita juga diperebutkan oleh negara lain. Kalau klaim batik dan motifnya, mungkin negara lain sudah tidak bisa melakukannya, karena UNESCO sudah mengakui batik kita, secara sandaran hukum kita menang. Tapi apakah negara lain masih bisa produksi batik di negara mereka? Bisa banget. Coba sesekali ketik di “Mbah” Google, kata: batik impor. Maka, percaya tidak percaya batik impor ternyata membanjiri pasaran batik di Indonesia. Mengutip data Kementerian Perdagangan mengungkapkan impor tekstil dan produk tekstil (TPT) batik dan motif batik naik dari tahun ke tahun. Jika di tahun 2012 nilai impornya hanya sekitar US$ 73.896.340, di 2013 menjadi US$ 80.860.197 terus naik jadi US$ 87.142.455 di 2014 lalu. Coba kita kalikan misal kali Rp13 ribu per dollar, pasti kita pusing berapa rupiah ya kita impor batik. Jika masih tidak percaya, maka coba kita lihat statistik ekspor impor yang ada di website Kementerian Perindustrian. Ya bisa-bisa kita terbelalak, impor batik kita tinggi sekali.

Lagi-lagi alasannya adalah sesuatu yang impor lebih murah, termasuk batik impor. Ya rasa-rasanya memang pada akhirnya kita-lah sang konsumen yang menentukan apakah kita lebih memilih batik made in Indonesia atau malah beli batik impor. Pemerintah Indonesia memang wajib membatasi batik impor, tetapi kita si konsumen lah “sang raja”. Kalau kita sebagai end user yang membeli batik dari para pengecer atau agen tidak membeli batik impor maka dengan sendirinya batik impor akan semakin berkurang bahkan menghilang. Sekarang, saya semakin senang, beberapa seragam (jersey) klub sepakbola di Indonesia mereka padankan dengan motif batik khas masing-masing daerah dan menurut saya itu lebih keren, so jersey mereka memang harus dibeli. Sebagai penggemar klub-klub lokal saya tentu senang dan saya juga mengkoleksi beberapa kaos kesebelasan diantaranya yang ada motif batiknya. Mungkin ada baiknya, suatu saat, PSSI dan pemerintah mewajibkan semua jersey klub-klub sepakbola dan olahraga lainnya ada motif batiknya, termasuk seragam tim nasional. Ini bukan masalah diakui atau bukan, lebih dari itu, untuk menjaga warisan kita, menjaga batik kita, karena batik kita, made in Indonesia.

Batik kita made in Indonesia harus sering-sering dipromosikan, saya pikir untuk sekedar usul ada baiknya pemerintah daerah mengikuti langkah pemerintah pusat dimana membentuk seperti Smesco (Small and Medium Enterprises and Cooperatives) di masing-masing daerah, fungsinya sama mempromosikan produk-produk lokal. Tidak harus daerah punya gedung seperti Smesco. Untuk mempromosikan bisa menggunakan balai pemda, pemkot katakanlah. Intinya harus ada nih, spot-spot yang digunakan untuk mempromosikan produk-produk lokal yang keren, meski sekedar display produk, jika ada yang mau beli bisa dihubungi pengrajinnya langsung. Kalaupun dengan promosi offline biayanya terlalu besar, saya pikir pemerintah harus sudah mulai memikirkan mempromosikan batik-batik dan produk-produk lokal lainnya dengan cara online. Yuk, cintailah produk-produk Indonesia

(Rizky Aliet - http://www.bloggerpreneurindonesia.com/2015/10/batik-kita-made-in-indonesia-smesconv.html)

No comments

Powered by Blogger.