Story
Rumah Etnik Tasik, Sukses Dari Bazaar ke Bazaar
Keseriusan Dwi Anita Prihandayani nyatanya berbuah manis ketika usaha kerajinan tangannya berupa tas etnik Tasik mulai dikenal di negeri Jiran. Berbekal usaha warisan mertua yang asli Tasikmalaya, Jawa Barat, perempuan asal Jakarta itu memulai usaha kerajinan tangan anyaman Tasik sesaat setelah menikah pada 2008. Ketika itu, ia berkunjung ke rumah sang mertua di Tasikmalaya dan mendapati ada begitu banyak kerajinan khas anyaman berbahan dasar pandan, mendong, dan tikar dalam berbagai bentuk yang sangat menarik.
Sayang barang-barang seunik itu menurut dia belum banyak diolah dan dipasarkan dengan kemasan jauh lebih menarik. "Dari situlah saya tertarik untuk mengembang-kan barang-barang itu dan menjualnya di Jakarta di rumah saya," kata ibu dua anak itu. Sejak saat itulah ia mendirikan galeri
kecil di rumahnya yang kemudian diberi nama Rumah Etnik Tasik. Usaha kecilnya yang beralamat di Jalan Bekasi Timur km 17 Jatinegara Cakung Jakarta Timur itu memproduksi beragam kerajinan tangan anyaman unik asal Tasik berupa tas, clutch, aneka souvenir, tas kelom, sandal kelom, hingga payung gelis khas Tasik dan tempat saji makanan. Anita tak serta merta bisa lepas dari bisnis mertua dan kerabatnya di Tasik. Ia masih banyak memesan dan terhubung dengan sejumlah perajin asli Tasik untuk memasok galerinya di Jakarta. Sedari awal, mimpi Anita sejatinya tak mulukmuluk. Ia hanya ingin membantu suami dengan memiliki penghasilan sendiri secara mandiri.
Langkah awalnya hanya dimulai dari berjualan kerajinan tangan itu secara kecil-kecilan ke tetangga sekitar. Lambat laun ketika pesanan semakin banyak, Anita memberanikan diri mengikuti bazaarbazaar yang kerap kali diselenggarakan di perkantoran. Semangatnya semakin tinggi saat permintaan semakin besar dari bazaar-bazaar yang diikutinya. Produknya yang dibanderol dengan harga berkisar Rp35.000 hingga Rp150.000 kini sudah diproduksi ratusan perbulan. Untuk tas saja perbulan diproduksi 80-100 buah, clutch pun sama, itu belum termasuk aneka souvenir yang lain.
Pameran di Malaysia
Semangat berwirausaha Anita mengantarkannya pada seorang kenalan di kantor pemerintah yang kemudian mengajaknya untuk berpameran di Malaysia. "Saya pun mengikuti pameran promosi produk UKM di Penang, Malaysia, dan hasilnya sangat baik untuk usaha saya," kata perempuan yang berdarah Cirebon itu. Ia mengaku produknya yang berbau etnis disukai oleh publik Malaysia bahkan banyak dari mereka yang sebenarnya ingin memesan produk buatannya.
Pantas jika kini, Anita merekrut lebih banyak tenaga kerja dan perajin untuk mendorong produksinya makin banyak. Di rumahnya di wilayah Jakarta Timur, ia menambah karyawan hingga empat orang sementara di Tasikmalaya ia mempekerjakan tiga perajin. Anita juga tak pernah melepas kesempatan
untuk mengikuti pameran dan bazaar yang digelar di wilayah Jakarta. "Selain untuk berjualan langsung acara seperti itu juga untuk memperbanyak kenalan, relasi, jadi usaha bisa tambah besar," katanya. Ke depan Anita ingin menjajaki pasar ekspor sekaligus mengangkat kerajinan khas Kota
Tasikmalaya yang unik dan menarik. Selain itu, order pesanan khusus dari sejumlah perusahaan, artis, bahkan istri-istri pejabat terus akan dilayani Rumah Etnik Tasik. ***
Sayang barang-barang seunik itu menurut dia belum banyak diolah dan dipasarkan dengan kemasan jauh lebih menarik. "Dari situlah saya tertarik untuk mengembang-kan barang-barang itu dan menjualnya di Jakarta di rumah saya," kata ibu dua anak itu. Sejak saat itulah ia mendirikan galeri
kecil di rumahnya yang kemudian diberi nama Rumah Etnik Tasik. Usaha kecilnya yang beralamat di Jalan Bekasi Timur km 17 Jatinegara Cakung Jakarta Timur itu memproduksi beragam kerajinan tangan anyaman unik asal Tasik berupa tas, clutch, aneka souvenir, tas kelom, sandal kelom, hingga payung gelis khas Tasik dan tempat saji makanan. Anita tak serta merta bisa lepas dari bisnis mertua dan kerabatnya di Tasik. Ia masih banyak memesan dan terhubung dengan sejumlah perajin asli Tasik untuk memasok galerinya di Jakarta. Sedari awal, mimpi Anita sejatinya tak mulukmuluk. Ia hanya ingin membantu suami dengan memiliki penghasilan sendiri secara mandiri.
Langkah awalnya hanya dimulai dari berjualan kerajinan tangan itu secara kecil-kecilan ke tetangga sekitar. Lambat laun ketika pesanan semakin banyak, Anita memberanikan diri mengikuti bazaarbazaar yang kerap kali diselenggarakan di perkantoran. Semangatnya semakin tinggi saat permintaan semakin besar dari bazaar-bazaar yang diikutinya. Produknya yang dibanderol dengan harga berkisar Rp35.000 hingga Rp150.000 kini sudah diproduksi ratusan perbulan. Untuk tas saja perbulan diproduksi 80-100 buah, clutch pun sama, itu belum termasuk aneka souvenir yang lain.
Pameran di Malaysia
Semangat berwirausaha Anita mengantarkannya pada seorang kenalan di kantor pemerintah yang kemudian mengajaknya untuk berpameran di Malaysia. "Saya pun mengikuti pameran promosi produk UKM di Penang, Malaysia, dan hasilnya sangat baik untuk usaha saya," kata perempuan yang berdarah Cirebon itu. Ia mengaku produknya yang berbau etnis disukai oleh publik Malaysia bahkan banyak dari mereka yang sebenarnya ingin memesan produk buatannya.
Pantas jika kini, Anita merekrut lebih banyak tenaga kerja dan perajin untuk mendorong produksinya makin banyak. Di rumahnya di wilayah Jakarta Timur, ia menambah karyawan hingga empat orang sementara di Tasikmalaya ia mempekerjakan tiga perajin. Anita juga tak pernah melepas kesempatan
untuk mengikuti pameran dan bazaar yang digelar di wilayah Jakarta. "Selain untuk berjualan langsung acara seperti itu juga untuk memperbanyak kenalan, relasi, jadi usaha bisa tambah besar," katanya. Ke depan Anita ingin menjajaki pasar ekspor sekaligus mengangkat kerajinan khas Kota
Tasikmalaya yang unik dan menarik. Selain itu, order pesanan khusus dari sejumlah perusahaan, artis, bahkan istri-istri pejabat terus akan dilayani Rumah Etnik Tasik. ***
No comments