Story
PatchWorks That tell stories
Untuk sebagian besar orang, sisa-sisa potongan kain tak ada
maknanya, namun bagi Ari Nurul Hidayah, potongan kain perca berarti inspirasi.
Berawal dari kebosanannya beraktivitas yang itu-itu saja, Ari memulai usahanya
dari kain perca. Kesehariannya yang gaul dan banyak teman membuatnya menemukan
inspirasi untuk memulai usaha secara mandiri.
Untuk sebagian besar orang, sisa-sisa potongan kain tak ada
maknanya, namun bagi Ari Nurul Hidayah, potongan kain perca berarti inspirasi.
Berawal dari kebosanannya beraktivitas yang itu-itu saja, Ari memulai usahanya
dari kain perca. Kesehariannya yang gaul dan banyak teman membuatnya menemukan
inspirasi untuk memulai usaha secara mandiri.
"Ketika itu saya merasa tidak mendapatkan rasa puas
untuk membahagiakan orang lain, walau sering berbagi makanan dan barang, tapi
kebahagiaan itu hanya sesaat dan akhirnya menimbulkan ketergantungan dari mereka,"
kata perempuan kelahiran Jepara itu. Sejak kecil Ari jatuh hati pada produk kerajinan
tangan. Maka, sejak 2009 iamerintis usaha kain perca atau patchwork dan
quilting secara kecil-kecilan untuk memproduksi berbagai produk patchwork, quilt,
tas, dompet, boneka, dan beragam aksesoris. Tiga tahun kemudian usahanya
semakin serius. Pada 2012 secara resmi Ari menamai usahanya dengan brand Rumah
Puteri dengan modal awal usaha sekitar Rp30 juta. Suami dan dua anaknya sangat
mendukung usahanya.
Ari sadar untuk memulai usahanya itu ia harus fokus, kokoh
dengan pendirian, menyusun tujuan yang tepat, dan bekerja keras. Bukan cuma
usaha mencari laba, Ari juga ingin usahanya itu mendatangkan manfaat bagi
masyarakat di sekitarnya.
Maka Rumah Puteri dalam perkembangannya bukan sekadar jualan
patchwork, quilting, dan aksesories tapi sekaligus rumah belajar dan tempat
pelatihan keterampilan bagi ibu-ibu rumah tangga. Berkat ketekunannya, omset
usaha Rumah Puteri kini rata-rata berkisar Rp60-75 juta sebulan. Untuk menjaga
kontinuitas produk, Ari tak bekerja dengan sistem plasma dan membagi order
kepada para muridnya dan orang-orang yang memang mau berkolaborasi dengannya.
Tentunya standar kualitas ditetapkannya dengan baik. Setelah itu produk yang
dihasilkan dipasarkan melalui pasar online maupun offline. Sejumlah produk yang
terus dihasilkannya meliputi patchwork, quilt, tas,dompet, boneka, decoupage,
dan aksesories kain. Inspirasi Perempuan Meski terbilang sukses menggarap pasar
menengah ke atas, Ari tetap saja menghadapi kendala usaha dengan minimnya SDM
yang terlatih. Sebab tidak semua orang melirik pekerjaan menyambung kain perca
menjadi sesuatu yang berguna sebagai pekerjaan yang layak.Keterbatasan modal
juga masih kendala dalam menjalan usaha. Selain itu, banyak pula orang-orang yang
belajar padanya belum apa-apa sudah berorientasi untung sehingga kerap mengabaikan
kualitas karena ingin serba cepat dan instan. Meski begitu, Ari tak kenal
menyerah, ia terus mengembangkan Rumah Puteri karena semata satu impian untuk
menginspirasi perempuan Indonesia agar terus berkarya dan menolong ekonomi
keluarganya. Ke depan, Ari bermimpi untuk bisa berkolaborasi dengan lebih
banyak pihak, baik untuk pelatihan ataupun untuk penjualan barang. "Kami
berharap akan ada pihak yang berkeinginan membantu dengan murni untuk mengembangkan
para perempuan Indonesia dalam usahanya," katanya. Untuk itu, Ari pun
gencar menggunakan lini sosial media yakni web di alamat www.rumahputeri. com atau www.facebook/rumahputeri.
Sejak akhir 2015, Ari dan usahanya melakukan branding di
Smesco melalui berbagai event pameran. Ari juga sedang membesarkan asosiasi
quilt yang baru dibentuk dan akan melakukan pameran dan event dalam waktu dekat.
Artikel ini bisa di unduh
disini
Magazine Edisi 4-2016
Artikel ini bisa di unduh
disini
Magazine Edisi 4-2016
No comments