Creative in Providing Educational Toys

Tahun 2000 bukan era yang mudah untuk memulai usaha karena dampak dari krisis ekonomi 1998. Namun Lingkan Pantow, perempuan yang bermukim di Lebak Bulus, Jakarta Selatan ini, justru memutuskan untuk menjadi wirausaha dengan memproduksi mainan edukatif untuk anak-anak.
Usa hanya itu ia beri brand Jilsi Toys dengan memproduksi mainan kudakudaan atau rocking toys.


"Karena mainan ini tidak biasa dan sangat diminati masyarakat kita tanpa mengenal musim," kata Lingkan. Lingkan mengembangkan kreasinya membuat mainan kuda-kudaan yang diharapkannya mampu mendukung perkembangan anak, termasuk keseimbangan dan stimulasi anak agar berkembang daya imajinasi dan kreatifnya. Galeri produksinya di tempat tinggalnya sendiri di Kompleks Taman Cirendeu Kav 15 Jl. Cirendeu Raya No. 1 Lebak Bulus PDK, Jakarta Selatan.

Hingga kini, Lingkan bertahan memproduksi mainan edukatif berupa kuda-kudaan atau rocking toys berkarakter binatang karena dinilainyatermasuk jenis mainan yang paling diminati. Mainan edukatif memang memiliki ceruk pasar yang sangat menjanjikan. Banyak orang tua mudah kepincut sesuatu yang dianggap mampu merangsang daya pikir anak. Tak heran, bila peluang pasar mainan ini cukup menjanjikan. Lima tahu lalu saja misalnya, omzet industri mainan edukatif mencapai Rp 44,21 miliar. Wajar saja, Lingkan Pantow tak pernah beranjak dari bisnis dengan kompetitor yang masih sedikit itu. Tak Mau Kalah Lingkan Pantow mengawali usahanya ketika usianya tak lagi muda. Namun kesuksesan memang tidak memandang usia. Telaten dan terus mengibarkan bendera usaha Rocking Animals Jilsi Toys, ia seakan tak mau kalah dengan wirausaha yang muda. Perjuangannya kini berbuah manis dan menjadi satu dari sedikit pebisnis mainan edukatif terlama yang masih terus bertahan. Rahasia suksesnya sederhana saja. Menurutnya, produsen mainan edukatif harus bisa menyelami imajinasi anak. Melalui permainan edukatif, imajinasi anak dapat terbangun sehingga dapat merangsang daya pikirnya. Apalagi, saat ini orangtua semakin jeli memilih mainan anak mereka. Banyak orangtua kini cenderung memilih mainan yang mengandung edukasi bagi anak mereka. Di segmen pasar mainan edukatif ini, menurut dia tidak banyak modal yang terkuras. Mainan ini dibuat dalam bentuk boneka dengan menggunakan karakter binatang, seperti kuda, gajah, jerapah, siput, anjing, dan kura-kura. Boneka rocking toys tersebut dibanderol mulai Rp400.000 - Rp800.000 per buah. Dalam sebulan, Lingkan bisa menjual hingga 400 rocking toys, dengan omzet sekitar Rp 100 juta.
Lingkan mengklaim, produk mainan buatan-nya dapat melatih imajinasi anak. Sembari bermain dengan boneka, si anak bisa mengembangkan imajinasinya tentang binatang.
Untuk mendukung kelancaran usahanya, Lingkan kini dibantu beberapa karyawan. Mereka dilatih untuk membuat mainan dengan mengedepankan kreativitas dan keunikan. Menurutnya, tak semua orang bisa bertahan menekuni bisnis mainan ini. Namun, usahanya bukan tanpa kendala. Lingkan Pantow misalnya terhadang rumitnya pengurusan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang diwajibkan sebagai label pada produk mainan. Sebenarnya dia tak keberatan mengurangi margin untuk membayar label SNI. Namun yang membuat dia keberatan adalah terkait masa kedaluwarsa SNI yang terlampau singkat. 



No comments

Powered by Blogger.