Enterperneurship
Mars Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas)
Mars Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) menggema di SMESCO Convention
Center saat pembukaan Rapat Kerja Nasional sekaligus Pameran Kriya Nusantara,
pada 17 Mei 2016. Koor ratusan hadirin yang memadati convention hall itu
terdengar begitu kompak dan bikin bergidik. Tampak Pembina Dekranas, Ibu Iriana
Joko Widodo, Ketua Umum Dekranas, Ibu Muffida Kalla berbaur hangat dengan
perajin dan pengusaha yang datang kala itu. HUT Dekranas ke-36 ini, menurut Ibu
Triana Rudiantara, Ketua Panitia Pelaksana, merupakan puncak dari rangkaian
acara dan kelanjutan program kerja sama yang telah digagas. Diantaranya kerja
sama dengan PT XL Axiata di bidang pemanfaatan internet dan digitalisasi yang
dijadikan sarana promosi yang strategis produk kerajinan nasional. Makanya,
tema yang diambil di HUT Dekranas ke-36 yang dibarengi oleh pameran Kriya
Nusantara ini adalah Perajin kreatif di era digital. Berlangsung selama 4 hari
di gedung Smesco Indonesia. Hadir pengurus daerah Dekranasda yang dipimpin oleh
para istri gubernur dan bupati dari 34 provinsi, perajin binaan unggulan, dan
sejumlahperwakilan duta besar dari negara tetangga. Mendigitalkan perajin,
bukan baru kali ini dimulai.
Mars Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) menggema di SMESCO Convention Center saat pembukaan Rapat Kerja Nasional sekaligus Pameran Kriya Nusantara, pada 17 Mei 2016. Koor ratusan hadirin yang memadati convention hall itu terdengar begitu kompak dan bikin bergidik.
Sejak ditandatangai kerjasama dengan XL, Dekranas
memfasilitasi daerah di kabupaten Garut untuk membuat pelatihan penggunaan
internet dan mobile technology. Sebanyak 30 perajin ikut serta dalam pelatihan
yang juga dijadikan ajang pemasaran produk ke manca negara. Berbagai lomba
diadakan untuk membangkitan inovasi dan kreativitas anak-anak muda. Akses
pemasaran ke luar pun giat dilaksanakan melalui pameran-pameran yang diikuti di
sejumlah negara. Seperti baru saja diikuti Hongkong Gift dan Premium Fair pada
27 sampai 30 April 2016. Pameran yang diadakan di gedung Smesco ini tak pelak
untuk memicu semangat perajin berkarya. Walhasil, rupanya memang membahagiakan perajin.
Banyak produk mereka laku di pameran.
Syaiful, perajin asal Lampung yang ditemui di sela-sela acara mengaku sangai puas ikut pameran yang diselenggarakan oleh Dekranas di Smesco. Tiap tahun, ia tak pernah absen ikut pameran ini. Karena memang, produk sulam tapis buatannya unggul di Lampung. Syaiful juga memiliki puluhan perajin binaan. Karya perajin binaan inilah yang selalu dibawa ke berbagai acara pameran. Dan, menurutnya pameran yang diselenggarakan di Dekranas di Smesco selalu membawa senyum. Karena ludes diborong pembeli. Untuk mempromosikan produknya, Syaiful masih mengandalkan dari pameran ke pameran, dan kunjungan tamu ke daerahnya. Itu pun kadang membuatnya kewalahan kalau tetiba pesanan banyak. Produk kerajinan tapis seperti dompet, tas, baju, masih dibuat secara handmade. Dekranas sudah memulai dengan minimal membuat website yang beralamat di www.dekranas.id, berisi berbagai informasi tentang perajin dan tutorial pembuatan produk kriya. Bahkan Dekranas telah membuat aplikasi “Kriya App” yang bisa diunduh di Google Play Store.
Aplikasi ini menjadi wahana
interaksi perajin dengan pembeli potensial. Masyarakan bisa dengan mudah
mengunduh foto produk, membuat peta konsentrasi produk di daerah, database
perajin, dan tren produk secara berkala. Masuk kurikulum sekolah Ketua Umum
Dekranas Mufidah Jusuf Kalla menyampaikan, peran Dekranas adalah menyelaraskan,
mensinkronkan, dan mensinergikan program dan kegiatan Dekranas dan Dekranasda
dalam mengembangkan sumber daya perajin melalui regenerasi perajin.
Selain meningkatkan
daya saing produk kerajinan dan meningkatkan kualitas kerajinan. Regenerasi
perajin harus dilakukan sejak dini. Salah satu jalur yang cukup efektif dilakukan
melalui lembaga pendidikan formal. ,Mufidah mencontohkan dirinya yang
mempelajari sulam kristik sejak SD. Saat itu sekolah dan keluarga mengharuskannya.
Sampai sekarang ia tidak lupa. Selain melalui lembaga pendidikan formal, jalur informal juga harus dilakukan oleh seluruh pemangku kepentigan di daerah. Bisa dengan pelatihan dan workshop-workshop kecil, pendampingan dan sebagainya. Tantangan perajin atau kalangan akademisi untuk berinovasi. Seperti edukasi tentang penggunaan benang impor dengan menggantinya dengan benang dari ulat sutera atau melakukan pembudidayaan kapas.
Majalah dapat di download disini
No comments