Popularity From Batik Trusmi Center

Erwin Ibrahim, belum lama menggeluti usaha kain dan pakaian secara mandiri namun batik telah menjadi bagian dari hidupnya sejak kecil. Erwin yang terlahir dari keluarga perajin batik menghabiskan waktu kecilnya di Cirebon dengan sangat akrab bersama para perajin batik. Seluruh saudaranya bisa dikatakan menggantungkan hidupnya dengan membatik dan memperdagangkannya di Kota Cirebon ketika itu.
lebih dari tiga dekade kemudian, ketika Erwin Ibrahim dewasa, ia memilih jalan menjadi  wirausahawan batik. Tekadnya berbeda dengan para pendahulunya. Ia tak sekadar ingin berdagang batik untuk hidup. Tetapi pesan bahwa batik sebagai produk budaya dari daerahnya sudah saatnya untuk lebih dikenal. Apalagi batik Cirebon tempat asalnya merupakan salah satu batik yang paling diminati karena coraknya yang unik
Apalagi batik Cirebon tempat asalnya merupakan salah satu batik yang paling diminati karena coraknya yang unik dan cerah. Selain itu batik Cirebon juga kondang karena banyak pilihan warna sehingga bisa di-"mix and match" dengan pakaian jenis apapun dalam berbagai kesempatan. Erwin pun kemudian mengembangkan brand karyanya sendiri yakni Rajjas Batik dengan salah satunya membuka galeri di Sentra Batik Trusmi Cirebon. Belum genap enam tahun usahanya, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil. Batik Erwin mulai dikenal tidak sekadar di lingkungan Trusmi semata tapi meluas hingga ibukota bahkan beberapa daerah di luar Pulau Jawa hingga ke luar negeri. Namun menurutnya, wisatawan domestik tetap merupakan konsumen utamanya.
Erwin telah membuktikan sedikit demi sedikit perluasan jaringan pasarnya sanggup melepaskannya dari keterkungkungan pasar yang terbatas di Cirebon. Terlebih ketika kawasan Trusmi mulai dikenal sebagai destinasi wisata belanja yang digandrungi wisatawan. "Tetap saja yang paling banyak beli itu wisatawan domestik.

Saya juga memasukan barang ke sejumlah departemen store di Jakarta," kata dia. Sejak awal Erwin memang berniat untuk mengembangkan usahanya, karena menurutnya selama ini keluarganya hanya memproduksi dan menjualnya di Cirebon. Ia pun tidak takut bersaing dengan pemain-pemain besar dari Cirebon dan juga dari kota lainnya. ”Saya ingin berkembang karena saya yakin euforia Panembahan. 
Mereka yang mengurus anak, boleh mengkerjakan batiknya di rumah. Dalam waktu seminggu mereka menghasilkan 20 lembar batik tulis dan 50 lembar batik cap ukuran 1x2,5 meter.

Erwin tidak melulu memasarkan produknya di Cirebon. Sebagai upaya perluasan pasar ia kerap mengikuti pameran-pameran produk UKM dan kerajinan di berbagai tempat terutama di Jakarta.
Salah satu yang rutin ia ikuti yakni Inacraft di JCC yang telah dua kali ia ikuti. Pada 2011, misalnya, usaha Rajjas batiknya masih menjadi UKM binaan dari Dinas Perdagangan Jawa Barat sehingga diperkenankan melakukan pameran di Inacraft secara gratis.

Edisi ke 2 2016




SMESCO MAGAZINE
Edisi ke-02 2016

download here


No comments

Powered by Blogger.