Cerita Sukses Resllie Kurniawan Menjadi Importir Alat alat Musik dari Tiongkok

Sejatinya menjadi karyawan di sebuah bank menjanjikan masa depan yang cerah bagi Resllie KurniawanNamun kecintaannya pada alat musik dan jiwa wirausahanya yang terus menggeloranya justru membuat Resllie banting setir menjadi importir alat musik dari Tiongkok


Pria berdarah Betawi itu tak ragu mendaulat diri sebagai importir keyboard merek Yamaha dari negeri tirai bambu. Ia pun rutin melayani order dari para konsumennya yang mulai loyal. Ia mendirikan PT SSBI (Sumber Suara Berkat Indonesia) bersama sekumpulan orang yang memiliki semangat di dunia musik.
Resllie memulai usahanya di Jakarta. Berselang beberapa tahun kemudian pada 2002 lantaran semakin akrab dengan perdagangan alat musik impor, ia tergerak mengikuti dan menonton pameran alat musik yakni Musikmesse Frankfurt di Jerman. Bersama sejumlah teman, ia berangkat ke Jerman atas inisiatif sendiri.


Sampai dalam salah satu pameran alat musik paling akbar sejagat itu, Resllie terkejut menghadapi kenyataan betapa berkembangnya alat-alat musik yang dihasilkan oleh seniman. "Saya melihat dunia musik yang sangat dinamis ada beragam alat musik diciptakan mulai dari gitar, drum, biola, keyboard semua dibuat dengan penuh inovasi sendiri," katanya.

Resllie yang pernah berkuliah di Binus pada 1993 itu kemudian berpikir, mengapa orang Indonesia tidak tergerak untuk menciptakan brand alat musiknya sendiri. Padahal banyak merek-merek alat musik kenamaan yang populer di luar negeri justru punya pabrik dan produksi di Indonesia. "Dari sini saya melihat ada peluang besar di industri alat musik. Saya juga heran kenapa orang Indonesia tidak kunjung membuat brand sendiri," katanya. Resllie menyadari sejak lama industri rumahan alat musik memang sudah berkembang di Tanah Air misalnya saja di Sidoarjo, Jawa Timur.

Sayangnya, home industry itu lebih banyak menjual "copy brand" tanpa ada keinginan untuk menciptakan brand dengan nama lokal secara mandiri. "Kenapa tidak percaya diri dengan bikin brand sendiri. Kenapa tidak mencoba merintis untuk membangun brand sendiri," katanya. Pemikiran itulah yang membuat Resli untuk bertekad merintis pembuatan alat musik sendiri.

Pada 2011, ia membeli brand dari seorang pengusaha musik asal Bandung yang kebetulan menyudahi usahanya lantaran terkena sakit parah. Brand dengan nama Prince, Russel, dan Rockwell pun mulai dirintisnya sejak saat itu. Ia diuntungkan lantaran brand yang ia beli telah memiliki pasar sejak 2002. Resllie pun hanya perlu melakukan riset dan pengembangan lebih maju agar brand tersebut kian populer dan berkembang pesat segmen pasarnya.


Brand yang dibelinya itu pada 2006-2007 bahkan sempat mengekspor ke beberapa negara untuk produk alat musik yang dihasilkannya. Bersaing Ketat Resllie mengakui bukan sesuatu yang mudah untuk masuk dalam pasar yang telah dikuasai produk-produk impor. Barang dagangannya berupa gitar amplifier, bass,  keyboard, hingga peralatan pendukung yang lain dipasarkan dengan brand lokal miliknya sendiri.

No comments

Powered by Blogger.