Trading House Presence

Welcoming Trading House Presence
Salah satu kunci keberhasilan usaha kecil menengah (UKM) adalah kepastian pasar atas produknya. Seringkali, pengusaha sudah mampu menghasilkan produk namun gagal di pasar. Mereka ini usahanya rentan gugur alias bangkrut. Kadang terjadi, UKM menjual produk dengan harga di bawah harga pokok produksi (HPP) sehingga merugi dan bisnisnya tak bisa berlangsung.
Karena itu, bagi seorang pengusaha khususnya UKM yang sudah memiliki suatu produk, sangat disarankan untuk membangun basis pelanggan dan terus menambah pelanggan baru melalui berbagai kanal distribusi. Selain melalui penjualan offline, juga penting penjualan secara online dan juga menjual melalui trading house. Banyak negara sukses mengembangkan trading house untuk memasarkan produkproduk dari dalam negeri ke berbagai manca negara. Misalnya Polandia, Jepang, India, Korea Selatan, Thailand, mereka sukses mengembangkan trading house dan men-dapatkan kontrak-kontrak pembelian dari para buyer dalam partai besar, bukan pembelian ritel.
Pertama, ritel offline melalui penjualan langsung di GIW dan Paviliun Provinsi. Di sini, produk-produk UKM yang sudah dikurasi dan display akan langsung diketemukan dengan para pembeli atau pengunjung yang datang ke gedung SMESCO. Para pengunjung tersebut baik masyarakat umum,wisatawan atau rombongan peserta satu event yang melakukan post tour, serta dari kalangan tamu negara. Kedua, SMESCO melayani penjualan melalui ritel online (e-commerce) sama halnya e-commerce lain bekerjasama dengan blibli.com yang tujuannya untuk mendapatkan pembeli dari konsumen pengguna internet. Dan Ketiga, SMESCO Indonesia mengkembangkan trading house untuk mendapatkan pasar ekspor berupa kontrakkontrak pembelian dari para buyer. "Untuk trading house ini fokusnya pada pembelian dalam jumlah besar atau grosir," tambah Bagus Rachman.TELAH dinantikan Keberadaan trading house untuk produk-produk UKM seperti itu sudah dinantikan sejak lama untuk memberi kepastian pasar. Seperti diungkapkan oleh Mudradjad Kuncoro, guru besarekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Mudradjad Kuncoro, saat ini sebagian besar UKM tidak mampu memasarkan hasil produksi secara maksimal. Ia mengatakan, "Mereka terpaksa menjual melalui distribusi yang panjang lewat pengepul barang, dan apabila melakukan ekspor harus melalui pengusaha kargo. Ideal-nya tiap provinsi punya trading house. Waktu saya bertemu DPR mereka setuju ada trading house secara nasional," ungkapnya.


Dengan efektifnya trading house, maka permintaan barang dari buyer di luar negeri dapat disiapkan dan diproduksi, mulai dari produk yang sifatnya setengah jadi maupun produk jadi. Produk yang dibeli buyer tersebut untuk dijual kembali di pasar atau untuk menyuplai satu industri. Dengan kata lain, mereka umumnya adalah reseller yang menjual kembali produk, bukan pengguna langsung. Dalam kaitan itu, SMESCO Indonesia tengah menyiapkan trading house untuk membantu para UKM yang memiliki produk dan punya kapasitas untuk menyuplai dalam jumlah masal guna dipertemukan dengan market yaitu para buyer. Jadi SMESCO Trading house yang mengurus kontrak jual belinya serta memastikan transaksi pembayaran berjalan lancar. "Trading house ini merupakan tindak lanjut dari program-program yang sedang kami laksanakan yaitu Galeri Indonesia WOW dan Paviliun Provinsi. Mudradjad menambahkan bahwa di Indonesia sudah banyak lembaga yang mengurusi masalah UMKM, namun belum bersinergi dengan baik. Menurut dia, bila ada trading house maka posisi tawar pelaku UKM akan kuat, seperti pengalaman negara Jepang, India dan Tiongkok. UMKM di negara itu bisa besar dengan penetrasi pasar kemana-mana,karena punya trading house. "Tidak benar, jika ada yang mengatakan kalau sekarang kita sudah berorientasi ekspor. Yang melakukan itu hanyalah para pengepul, pengumpul atau kargo. Pengusaha mikro dan kecil kita sekarang ini butuh terobosan untuk mengembangkan UKM khususnya dalam hal pemasaran, permodalandan capacity building," tegasnya. (*)

No comments

Powered by Blogger.