Tradisi Unik Tenun Sumbawa untuk Meningkatkan Perekonomian UKM

Di wilayah Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, ada satu budaya yang hingga kini masih terus dilestarikan. Budaya tersebut adalah menenun. Hingga ada ungkapan, “Na sepan tau sawai lamin no to nesek”, yang artinya bukan perempuan Sumbawa kalau tidak bisa menenun.

Uniknya, terdapat makna filosofi di setiap motif tenun khas Sumbawa. Di antaranya, ada motif Kemangi Setangi yang melambangkan keindahan dan kemakmuran. Ada pula motif Lonto Engal yang melambangkan persatuan dan ikatan silaturahmi. Motif Perahu yang melambangkan kesejahteraan. Dan ada juga motif Ayam Jago yang melambangkan kejantanan dan disiplin.

Seiring dengan perkembangan zaman, hasil karya tenun Sumbawa pun mengalami modifikasi, dan banyak pula digunakan sebagai pakaian sehari-hari masyarakat Sumbawa, serta di berbagai kegiatan sosial masyarakat. Namun demikian, umumnya pakaian tenun digunakan dalam berbagai upacara, seperti: acara nyorong, barodak prapanca, upacara lamaran, malam midodareni, pernikahan, hingga acara penobatan sultan.

Direktur Utama LLP KUKM, Ahmad Zabadi, bersama dengan salah satu desainer terkenal Indonesia Samuel Wattimena, yang juga merupakan Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM, bertukar pikiran dengan para pengrajin tenun di Sumbawa. Para pengrajin tersebut di antaranya yang berasal dari desa Poto, desa Semeri, desa Singu, desa Senampar, desa Dalam, dan juga Desa Pamulung. Sebenarnya, hampir seluruh desa di Pulau Sumbawa terdapat pengrajin tenun di dalamnya.

Zabadi menegaskan tenun adalah karya budaya yang  bersifat superorganik artinya kebudayaan diwariskan turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan akan hidup terus menerus meskipun anggota masyarakat silih berganti. Namun akhir-akhir ini karya budaya kita sering diakui oleh bangsa lain. Untuk itu peranan budaya lokal sangat penting dalam memperkokoh ketahanan budaya bangsa. Artinya masyarakat Sumbawa harus melestarikan budayanya sendiri agar dapat melestarian tradisi menenun sekaligus meningkatkan nilai ekonominya, sehingga produk tenunnya diterima pasar.

LLP KUKM dengan komitmen besarnya mewujudkan Smesco RumahKU (Smesco Rumahnya Koperasi dan UMKM), akan memfasilitasi upaya promosi tenun Sumbawa, bukan saja sekedar menjaga nilai-nilai haritage dari karya tenun tetapi juga memberikan nilai tambah bagi peningkatan kesejahteraan bagi para pengrajin tenun.

Ditambahkan Zabadi, karena itu:

Smesco akan mendukung Festival Tenun Sumbawa yang diselenggarakan secara bersamaan dengan Festival Moyo 2016 di bulan September yang akan datang.

Samuel Wattimena mengungkapkan bahwa budaya tenun di Pulau Sumbawa ini perlu mendapatkan perhatian lebih dalam memasuki perekonomian global. Sebab, budaya tenun ini yang merupakan sumber kekayaan Indonesia, sangat berpotensi untuk dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya di Pulau Sumbawa, selaku para pengrajin tenun.

No comments

Powered by Blogger.